Kisah Pilu Perawat Sapi Tinggal di Kandang Ternaknya
LOMBOK - Sebuah Keluarga kecil dari pasangan suami istri antara Nayadi (24) dan Nanik (23) bersama seorang anaknya yang masih balita, tinggal disebuah gubuk kecil dekat dengan kandang sapi di Dusun Karang Bayan barat, Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok barat.
Nayadi merupakan seorang peternak sapi dari keluarga yang tidak berada, setiap harinya ia harus berkorban untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga melalui penghasilan memelihara sapi yang tidak seberapa. Sapi yang ia pelihara itu pun bukan sapi miliknya, melainkan sapi saudagar yang sengaja dititipkan dengan kesepakatan penghasilan sepertiga dari nilai jual.
Belum lagi, gubuk kecil mereka yang berdekatan dengan kandang sapi, terlihat sangat memprihatinkan, dengan hanya berbekal alat tidur yang usang hingga tembok pagar bambu yang hampir rapuh. Gubuk itu ia tempati sejak 2 tahun silam.
"Kami tinggal sudah 2 tahun disini dan kondisi ini memang sudah dari awal begini," kata Nanik istri Nayadi saat didatangi Sariagri dirumahnya, Sabtu (12/12).
Dikatakan nanik, gubuk kecil yang ditempatinya bersama keluarga bukan milik pribadi melainkan milik orang lain yang sengaja dipinjamkan agar Nayadi sang ayah bisa menjaga sapi sapi tersebut.
"Sebenernya rumah ini milik saudagar, kita hanya dipinjamkan ke pemilik kandang sapi ini, karena kita tidak punya rumah, sapi-sapi ini juga milik orang bukan milik kita," katanya.
Terkadang Nanik hanya mampu menghasilkan upah sebesar 10 hingga 20 ribu rupiah perhari. Penghasilan tersebut dipakao untuk membeli keperluan dapur untuk mencukipo kebutuhan hidup mereka.
"Tidak ada penghasilan kita sekarang, kadang suami dapat upah dari buruh pasir kadang tidak ada sama sekali, kadang juga biasanya di kasih beras atau lauk sama tetangga kalau tidak ada buat makan," imbuhnya.
Sementara itu penghasilan pasutri ini tidak menentu, Nayadi hanya bisa memelihara sapi orang lain sejumlah 2 ekor sapi dengan penghasilan sepertiga dari nilai jual ditambah 100 rupiah perhari untuk upah pakan. Sesekali Nayadi mencari uang tambahan melalui buruh pasir dengan penghasilan 20 ribu rupiah perhari, sedangkan Nanik hanya bisa mengandalkan belas kasih bantuan orang lain.
"Kita hanya mendapat 100 rupiah perhari dari sapi ini, dan nanti kalau dijual baru saya bisa terima untungnya, kadang saya juga jadi buruh pasir," ungkap Nayadi disela memberi pakan sapi.
Sejak awal ia sudah berusaha bekerja untuk menghidupi keluarga lewat segala macam jenis pekerjaan, namun, penghasilannya selalu terbatas.
Ditambah saat ini rasa sedih dari sulitnya hidup semakin dirasakan oleh pasangan suami istri tersebut, di mana buah hati mereka yakni Azizah yang baru berumur 1,8 bulan mengalami penyakit infeksi mata dan harus segera menerima perawatan medis dengan biaya pengobatan yang tidak sedikit.
"Awalnya dia kelilipan, dan kita sudah cek ke puskesmas katanya harus di periksa ke dokter," jelas Nayadi.
Kini mereka bingung dengan biaya pengobatan, dengan segala keterbatasan yang dimiliki tidak bisa berbuat banyak. Kini mereka hanya bisa berdoa agar anaknya bosa segera sembuh dari penyakit yang diderita.
Sumber: sariagri.id
Post a Comment